• sonder.

n. the awareness that everyone has a story [John Koenig — The Dictionary of Obscure Sorrows]

felinecie
2 min readSep 15, 2024

Riuh tangisan langit hari itu menghamburkan jejak air mataku, pekikan tawa riang turut memberi kesan pada yang bersirobok netra bahwa aku gila. Tapi bukan berarti ia tak pernah ada.

i drew this supposed-to-be cover 3 days ago [240912, thu]

Aku mendengar sorai rintik hujan merayakan terjunnya ia, mereka, menyambangi bumi yang gersang. Petrikor menguar ketika gemuruh batang bambu di sebelah kolam beradu mengikuti larinya angin, memekik ke dalam telinga-telinga yang mencuri tangis pada bisingnya. Saatnya pulang sebelum badai mengamuk, nyanyian alam bermakna peringatan.

Lantai yang menyerap panas tubuhku berangsur dingin kembali. Kubawa satu dan dua langkah menghampiri kebun yang kuberi kehidupan sebagai seorang perantara, mereka terayun pada setiap rintik namun tetap kokoh, akar-akarnya telah begitu dalam mendekap tanah.

Di seberang kebun aku menyaksikan seorang anak kecil yang menangis diseret ibunya, mulut wanita itu melontarkan omelan tiada akhir, keduanya basah kuyup. Tukang becak mengayuh tergesa-gesa, topi lusuhnya melindungi penglihatan namun sekujur tubuhnya tetap basah kuyup. Lagi, kulihat sekelebat kucing putih panik memanjat atap rumah majikannya, mencari jalan masuk yang sudah ia hafal di luar kepala, sepertinya dia akan dimarahi lagi karena rambutnya basah dan kotor.

Pandanganku beralih mengikuti aroma samar jagung bakar yang berhasil menembus padatnya tarian hujan. Dari kejauhan sana dapat kulihat seorang pedagang kaki lima dengan payung besar warna-warninya yang terbuka melindungi gerobak, kedua tangan Pak Tua itu sibuk menjaga bara api serta mengoleskan bumbu pada gelondongan-gelondongan jagung, pesanan seorang pengendara mobil yang enggan meninggalkan kendaraan mewahnya.

Kemudian, entah berapa masa berikutnya, tetesan hujan yang mengamuk telah membuat pakaianku melekat pada kulit tubuh. Tanpa alas kaki pun pelindung lain, aku meninggalkan rumah untuk menyusuri jalanan dengan ledakan tawa. Riuh tangisan langit hari itu menghamburkan jejak air mataku, pekikan tawa riang turut memberi kesan pada yang bersirobok netra bahwa aku gila. Tapi bukan berarti ia tak pernah ada.

Tak mengapa, bukan sebuah masalah besar yang akan mengurungku pada jembatan setipis helaian rambut lagi. Karena kini aku tahu, semuanya punya narasi hidup yang diukir. Sebuah cerita di mana mereka adalah si pemain utama yang tak perlu membacakan dengan lantang setiap alurnya.

Dan tak mengapa,

jika kita mengenakan lusinan muka,

jika kita menyembunyikan fakta,

jika kita hanya ingin menunjukkan bahagia.

— be kind to each other, we’re all suffering in this shitty world everyday.

— felinecie [240915, sun]

--

--